Thursday 18 February 2010

Tvilling

Mindys Serona, seorang murid di salah satu sekolah menengah pertama di sebuah kota terpencil, kota 'uheldig' kalian tidak akan tahu keadaan kota ini sebelum kalian melihatnya sendiri. banyak sekali kejadian aneh di kota itu, mulai dari hal-hal kecil, sampai kejadian yang tak masuk akal. beberapa orang bilang sangat tidak beruntung apabila di lahirkan di kota 'uheldig', dan jujur saja AKU sebagai Mindy Serona merasakan hal itu.

misalnya saja, hari ini di sekolah..

semua teman-teman berteriak histeris ketakutan, ketika mereka menyadari bahwa ada tikus besar berada di bawah kaki salah satu temanku. temanku yang satu ini memang sedikit berbeda di bandingkan dengan teman-temanku yang lainnya, namanya Caronie. dia anak baru di sekolah kami, memang dia agak dikucilkan. ini sudah menjadi tradisi di sekolah kami apabila ada murid baru di sekolah kami maka dia akan di kucilkan untuk sementara waktu, tetapi sepertinya tradisi ini tidak berlaku untuknya, dia selalu memakai gaun hitam bercorak putih ke sekolah, dan semua anak di sekolah takut Caronie karena memang dia anak yang aneh, termasuk aku. tiap hari pasti ada saja binatang yang tiba-tiba masuk ke kelas dan terbaring mati di depan kakinya dan ini bukan kebetulan, mana mungkin kebetulan bisa terjadi setiap hari?
Hampir semua teman-teman ku sangat menjauhkan Caronie, tetapi aku tidak. aku sangat ingin sekali untuk mencari tahu latar belakang keluarga Caronie hingga dia menjadi anak yang seperti itu. Sayangnya aku takut sekali untuk mendekatinya. setiap kali aku mendekati Caronie, rasanya dia memandang ku dengan tatapan yang sangat seram sekali. pantas saja tidak ada yang mau berteman dengan Caronie. aku mengajak teman baik ku Mica untuk ikut menyelidiki Caronie. tapi dasar dia pengecut, dia menolak ajakan tersebut mentah-mentah bahkan sebelum aku menyelesaikan kata-kataku.

Jadi akhirnya aku menyelidiki Caronie sendiri. aku mengikuti Caronie sehabis pulang sekolah, rasanya mengikuti Caronie benar benar menegangkan, aku takut sekali apabila aku tertangkap basah telah mengikutinya. aku hanya berjarak 5 meter dari belakang Caronie, aku juga sangat takut untuk kehilangan jejak Caronie, dia berjalan sangat cepat sekali.
Dari sekolah dia terus berjalan kaki, padahal dia bisa menggunakan bis umum. Ini membuat kaki-ku terasa pegal, karena dia berjalan jauh sekali, dan dia berjalan sangatlah cepat. sampai pada akhirnya dia berhenti dan masuk ke dalam hutan, aku berhenti sejenak, dalam pikiranku aku bimbang apakah aku ikut masuk atau tidak. akhirnya aku bertekat untuk tetap mengikuti Caronie sampai walau harus sampai memasuki hutan, aku berlari mengikuti arah Caronie tadi dan tiba-tiba di depanku berdiri seseorang yang menatapku sangat tajam, aku lupa jika aku sedang diam diam mengikuti Caronie.
"kenapa kau mengikutiku.." ucap Caronie, aku tidak yakin dia sedang bertanya kepadaku. nada bicaranya sangat datar dan tatapan matanya hanya tertuju ke suatu titik tanpa bergerak sedikitpun. aku tidak bisa berbuat apa-apa; lidahku seakan tidak bisa bergerak, mataku hanya tertuju kepada wajah seram Caronie, kakiku terasa gemetar. setelah aku perhatikan baik-baik, ternyata wajah Caronie tidaklah seram. wajah Caronie hanya sedikit pucat dan seperti 'tidak bahagia'; matanya yang sayu seperti mengantuk, mulutnya agak menekuk ke bawah, pipinya sedikit kemerahan. dia hanya salah seorang temanku yang tidak bahagia, aku sangat yakin itu.

"aku.. aku... sangat penasaran denganmu" jawabku terbata-bata
"semua orang membenci ku, aku bukan binatang percobaan.. sana pergi.." dia menjawabnya, masih dengan tatapan dan nada yang sama.
"aku tidak mau. aku hanya bingung denganmu, mengapa kamu begitu berbeda dengan teman temanku yang lainnya. aku tahu kamu sangat kesepian" tanpa sadar aku berbicara tentang dirinya.
"aku tidak yakin.. lagi pula, kamu akan menyesal jika kamu mau berteman denganku." Caronie pergi meninggalkan aku, dia masuk ke dalam hutan lebih dalam lagi. tetapi langkah Caronie tiba-tiba berhenti, Caronie diam sejenak dan menatap ke arah langit "aku takut kamu tersesat Mindys, cepat kemari dan ikuti aku. nanti aku akan mengantar-mu pulang, dan jangan banyak bertanya selama perjalanan. " ucap-nya dengan nada serius. dengan spontan aku mengikutinya, tetapi aku ingat sesuatu.. kita belum pernah berkenalan. kenapa dia bisa tahu namaku Mindys ? aku tidak menanyakan hal ini kepada Caronie, entah bagaimana aku tahu dia tidak akan menjawab pertanyaan tersebut.
kita mulai masuk ke hutan kita mengikuti jalan setapak yang tertutup oleh lumut lumut hijau, tapi aku masih bisa merasakan aku berada di atas jalan setapak. cukup menghabiskan setengah tenagaku yang habis dipakai untuk mengintai Caronie dari jauh. tidak lama kemudian Caronie dan aku sampai di sebuah rumah tua yang sangat besar, rumah tersebut terlihat sudah pucat dan kelam, di sekeliling rumah tersebut terdapat rumah-rumah. rumah-rumah tersebut seperti terbakar habis dan sekarang hanya tersisa beberapa kerangka nya saja, rasanya sungguh menyeramkan berada di sini. aku tidak ingin masuk ke dalam rumah Caronie, tapi semakin lama rintikan hujan yang sudah lama aku rasa semakin membesar, petir-pun menyambar sesekali jadi tidak mungkin aku bisa pulang tanpa kehujanan, badan ku sangat tidak bisa terkena hujan besar. aku memutuskan untuk tinggal sebentar di dalam rumah Caronie.

Caronie membuka pintu rumahnya yang sangat besar dengan sedikit tenaga. dia hanya membuka sedikit saja dan memberi isyarat untuk cepat cepat masuk ke dalam, aku pun mengikutinya tanpa ragu, karena tetesan hujan semakin lama semakin deras. ketika masuk, aku agak takjub dengan rumah ini. rumah Caronie hanya di terangi oleh lilin lilin yang di taruh di sisi dinding, tetapi lilin lilin tersebut bisa membuat rumah Caronie cukup terang, tepat di depanku terdapat tangga besar menuju dua arah, yang satu ke kanan, yang satunya lagi ke kiri, dan di tengahnya terdapat foto besar namun aku tidak bisa melihatnya dengan jelas. dan aku baru sadar aku telah berdiri di atas karpet berwarna abu abu.
"Mindys, terus ikuti aku.." kata Caronie memecah suasana sunyi rumahnya
aku terus mengikuti Caronie, kita berjalan menaiki tangga dan berbelok ke kanan, kita berjalan lurus dan memasuki koridor yang hanya di terangi lilin-lilin juga. di koridor ini terdapat banyak sekali pintu, Caronie tetap berjalan sampai berakhir di ujung koridor dan dia membuka pintu yang ada tepat di depannya, dia menyuruh aku untuk duduk di dekat perapian hangat dengan menggunakan isyarat, aku langsung duduk untuk menghangatkan kakiku. aku bisa menebak ini adalah kamar Caronie.
"bisakah aku berbicara sekarang? " aku bertanya.
"ya.." jawab Caronie singkat
"apa ini rumahmu?"
"ya" jawab Caronie datar
"kenapa kau tinggal di rumah ini?"
"rumah ini peninggalan orangtua ku" jawab Caronie, nada-nya sedikit berubah
"orangtuamu?"
"ya, mereka meninggal dunia ketika aku masih kecil"
"lalu kau tinggal di rumah ini sendirian"
"tidak, aku tinggal dengan kakak-ku dan nenek-ku.... dan juga beberapa pengurus rumah ini"
"sepertinya kau sangat mempercayai aku"
"hanya kamu satu satunya teman-ku yang sangat keras kepala"
"dari mana kau tahu! kau hanya menebak saja!"
"aku mengenal mu Mindys.. bahkan sebelum kita saling berbicara satu sama lain"
"kau mengikutiku!"
"tidak."
aku mulai kesal, rasanya dia menyimpan sesuatu yang besar tentang ku, dia menyembunyikannya di dalam wajahnya yang tidak pernah berubah. sekarang aku hanya diam, menunggu hujan besar di luar berhenti dan aku bisa meninggalkan rumah ini. lagi pula sekarang aku sudah tahu dan bisa mengerti kenapa Caronie begitu berbeda dengan teman temanku yang lainnya. tetapi aku tidak tahan, aku ingin bertanya banyak tentangnya
"kenapa kau diam saja" aku membuka percakapan
"karena kau diam" jawabnya datar
" kenapa kau bisa tahu tentang ku"
"benar, kau memang keras kepala" aku tahu dia ingin mengalihkan pembicaraan.
"jawab pertanyaan-ku! kenapa kau bisa tahu tentang aku?!" aku agak membentak
"aku mempunyai 2 jiwa, dan 2 darah, kau harus mengerti itu" dia menjawabnya seakan dia lebih tua dariku.
"aku tidak mengerti" aku mulai mengikuti gaya berbicara Caronie. saat dia mendengar gaya berbicara-nya, dia hanya tertawa kecil.
"suatu saat kau akan mengerti itu, kau begitu keras kepala dan kau ingin tahu segala hal. lagi pula kau ingin menjadi temanku. kau akan mengetahuinya sebentar lagi"

hujan mulai reda, Caronie mengantarkanku sampai ke stasiun bis terdekat. aku pulang masih dengan perasaan ingin tahu lebih jauh tentang Caronie, mengapa sifatnya seperti itu? kenapa dia tidak tinggal di kota saja? dan pertanyaan yang masih 'terngiang-ngiang'. hari ini membuatku sangat lelah. semua kejadian aneh yang terjadi tadi.. membuat aku tertidur sesampainya aku pulang ke rumah

No comments:

Post a Comment